MENU HORISONTAL

Minggu, 08 September 2013

Definisi Panjat Tebing



Pada dasarnya panjat tebing adalah suatu teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan yang berupa tonjolan, rekahan atau cekungan dengan atau tanpa alat bantu pemanjatan.

Panjat tebing adalah bagian dari pendakian gunung. Satu hal yang membedakan keduanya adalah medannya. Olahraga ini menjadi salah satu alternatif kegiatan dia alam bebas yang menggunakan wahana tebing alam atau gugusan cadas.

Klasifikasi dalam Panjat Tebing



Olahraga panjat tebing dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Berikut ini adalah kelompok-kelompoknya.

a. Free Climbing

Free climbing merupakan jenis olahraga panjat tebing dengan teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung memengaruhi gerakan pemanjat/ menambah ketinggian. Free climbing sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Pemanjat naik secara beriliran, leader (membuat jalur) dan belayer (mengamankan). 




b. Free soloing

Free soloing adalah bagian dari free climbing tetapi pemanjat menghadapi segala risiko seorang diri. Dalam gerakannya, pendaki solo tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukannya, pendaki harus benar-benar mengetahui segala betuk rintangan atau gerakan yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang harus dihafalkan dahulu segala gerakan, baik tumpuan atau pegangan. Oleh karena itu, free soloing biasanya dilakukan pada rute yang pernah dilalui. 



c. Artificial climbing

Artificial clmibing adalah pemanjatan tebing dengan bantuan perlatan tambahan karena sering sekali pemanjat menghadapi medan yang kurang/tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai, misalnya ada medan yang kosong. Biasanya pendakian ini dilakukan berkelompok dengan tugas yang jelas antara leader dan belayer. 


Berdasarkan sistem belay/fall protection, panjat tebing dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu gym climbing, top roping dan lead climbing. 


a. Gym climbing
Dalam gym climbing, belayer ada di bawah (ground) dengan tali yang dibelokkan oleh sistem anchor (pullay atau carabiner) di atas pemanjat. Jika pemanjat jatuh, berat pemanjatan akan dibelokkan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh belayer.

b. Top roping
Pada tipe ini, belayer ada di atas (top) dan mem-belay terhadap tali yang menuju pemanjat ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan belayer ketika pemanjat jatuh, biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokkan atau pengalihan beban).

c. Lead climbing
Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing, melainkan dari belayer langsung ke pemanjat. Pada saat pemanjat mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) pemanjat terus memasang alat pengaman. Jika pemanjat jatuh, bekayer akan mengunci tali pengaman dan pemanjat akan menggantung pada tali yang mengulur ke alat pengaman terakhir yang dia pasang.

Lead climbing dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu

a) Sport climbing
Sport climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraga. Pada sport climbing rute yang dipanjat umumnya telah bolted (pada interval ketinggian tertentu ada hanger pada dinding tebing)

b) Traditional/Trad/Adventure Climbing

Tradisional/trad/adventure climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menenkankan faktor petualangan. Pada trad climbing, dinding tebing bersih dari bolts dan hangers. Tidak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya, pemanjatan dilakukan oleh dua orang. Pemanjat harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis leader membuat stasiun belay untuk mem-belay pemanjat kedua. Pemanjat yang memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang oleh pemanjat pertama di dinding tebing.

Berdasarkan tingkat kesulitan, panjat tebing dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu crag climbing dan big wall climbing.

a. Crag climbing
Crag climbing merupakan panjat bebas dan pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu single pitch climbing dan multi pitch climbing. 



a) Single pitch climbing
Pada single pitch climbing dilakukan pemanjat tidak perlu berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua. 



b) Multi pitch climbing
Pemanjatan multi pitch climbing dilakukan pada tebing yang lebih tinggi sehingga diperlukan leader. 



b. Big wall climbing
Big wall climbing merupakan jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dan memerlukan pergantian leader. Dalam pemanjatan big wall climbing ada dua sistem yang dipakai, yaitu alpine system/alpine push/siege tactic dan himalaya system/himalaya tactic.



 a) Alpine system/Alpine Push/Siege Tactic

Pada sistem ini, pemanjat selalu ada di tebing. Jadi, segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Dengan demikian, pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak.


b) Himalaya System/Himalaya Tactic

Sistem ini biasanya dilakukan terhadap rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pendakian tipe ini, biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan. Ketika satu orang saja dari seluruh tim berhasil, seluruh tim pendaki tersebut berhasil pula.

Perbedaan antara Alpine System dan Himalaya System

Alpine
  • alat yang dibutuhkan lebih sedikit 
  • waktu istirahat sedikit 
  • perlu load carry 
  • pendakian berhasil ketika seluruh tim berhasil

Himalaya
  • alat yang dibutuhkan lebih banyak dan waktu pemanjatan lebih lama 
  • waktu istirahat banyak
    tidak memerlukan load carry 
  • pendakian sudah dikatakan berhasil ketika salah satu anggota tim berhasil


http://vikaaprilliapuspitarini.wordpress.com/2012/12/08/klasifikasi-dalam-panjat-tebing/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar